Beranda | Artikel
Misi Kaum Muslimin Menaklukkan Tanah Palestina
Senin, 18 Maret 2024

Meski penaklukan ini merupakan misi peperangan, akan tetapi, dalam Islam peperangan hanyalah alternatif terakhir dalam menegakkan dakwah tauhid. Sebagaimana menurut Syaikh ‘Ali bin Hasan al Halabi, ketika menyampaikan ceramah di Masjid Istiqlal Jakarta, 15 Februari 2006M, beliau mengatakan, peperangan dalam Islam bukanlah perang permusuhan, akan tetapi perang penebusan; peperangan untuk menebarkan sendi-sendi kasih-sayang. Membunuh musuh bukanlah tujuan utama dan pertama, akan tetapi itu merupakan pilihan terakhir. Tawaran pertama adalah memeluk agama Islam, kedua adalah membayar upeti, dan ketiga adalah tidak mengganggu kaum Muslimin.

Begitulah cara dakwah yang dilancarkan Rasulullah  ﷺ kepada kaum kuffar, sangat elegan dan beradab. Tak terkecuali, ketika Rasulullah menyeru para raja dan penguasa di tanah Arab dan sekitarnya, yaitu terlebih dahulu menawarkan Islam, dengan cara mengutus delegasi.

Sebagai salah satu contohnya, yaitu ajakan Rasulullah kepada Raja Hiraklius. Sahabat Dihyah mendapat kepercayaan Nabi  ﷺ untuk menyampaikan surat beliau, yang berbunyi:

Bismillahir Rahmanir Rahim.

Dari Muhammad Utusan Allah kepada Hiraklius, Pembesar Romawi.

Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk.

Sesungguhnya saya menyeru Anda dengan misi Islam. Peluklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Dan Allah memberikan dua pahala bagi Anda. Bila Anda berpaling, maka Anda menanggung dosa orang-orang Arisiyyin

Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka,’Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’.” -QS Ali Imran/3 ayat 64.

Begitulah, Islam datang saat Palestina dalam genggaman Kerajaan Romawi Nashara. Nabi  ﷺ mengirimkan beberapa ekspedisi pasukan untuk menaklukkan Palestina, yang dahulu menjadi bagian Negeri Syam. Berikut adalah kronologis upaya mengambil tanah penuh berkah tersebut dari tangan Kerajaan Romawi Nashara.

PENAKLUKAN PALESTINA PADA MASA NABI 

Pengiriman Pasukan ke Mu‘tah Pada Tahun 8 H. Yang menjadi penyebab perang Mu‘tah1 ini, karena utusan Rasulullah yang membawa risalah kepada Raja Romawi atau Bashra dibunuh oleh Syurahbil bin ‘Amr al Ghassani, salah seorang pembesar Romawi. Pengiriman pasukan ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir, tahun 8 H. Rasulullah  ﷺ mengangkat Zaid bin al Haritsah sebagai komandan pasukan. Beliau berpesan, jika Zaid gugur, maka (beralih) ke Ja’far. Bila Ja’far gugur, maka (beralih) ke ‘ Abdullah bin Rawahah.2

Pada penyerangan tersebut, pasukan kaum Muslimin yang dikirim berjumlah 3000 orang. Sementara Raja Hiraklius mempersiapkan 100 ribupasukan, dengan didukung oleh Malik bin Zafilah yang membawa 100 ribu orang dari kalangan Nashara Arab.

Melihat kekuatan musuh sedemikian besar, maka kaum Muslimin mengadakan musyawarah, untuk meminta tambahan pasukan kepada Rasulullah.

‘Abdullah bin Rawahah menggelorakan semangat mereka dengan berkata:

“Wahai, sekalian manusia. Sesungguhnya yang kalian cari ada di hadapan kalian –yaitu mati syahid-Kita tidak memerangi dengan dukungan jumlah pasukan atau kekuatan. Kita tidak memerangi mereka kecuali karena agama ini, yang Allah telah memuliakan kita dengannya. Bergegaslah. Akan ada salah satu kebaikan (yang diraih), kemenangan atau mati syahid”. Orang-orang pun menyetujuinya. Akhirnya, terjadilah peperangan yang sangat dahsyat antara kedua belah pihak.

Satu-persatu, orang-orang yang ditunjuk Nabi  ﷺ sebagai pemimpin pasukan menjumpai syahadah di medan perang. Khalid bin al Walid lah yang kemudian mengambil alih bendera dan memimpin pasukan kaum Muslimin. Dan Allah memberikan kemenangan bagi kaum Muslimin pada perang ini.

Meskipun terjadi perbedaan besar antara jumlah pasukan kaum muslimin dan kaum kuffar, tetapi tidak banyak para sahabat yang gugur dalam peperangan tersebut. Berdasarkan keterangan para ahli sirah, mereka menyebutkan, yang gugur kurang lebih sepuluh orang saja. Kemenangan ini menjaga batu loncatan untuk menyerang pasukan Romawi pada masa selanjutnya, dan sangat efektif menggetarkan hati orang-orang kafir tersebut.

Perang Tabuk tahun 9 H

Dalam perang ini, tidak terjadi pertempuran. Begitu mendengar kedatangan kaum Muslimin, pasukan Romawi, segera menarik diri sampai ke wilayah Syam. Sehingga kaum Muslimin berada di sana untuk menjalin ikatan perdamaian dengan suku[1]suku setempat, dengan memberlakukan jizyah pada mereka.

Pengiriman pasukan pimpinan Usamah bin Zaid tahun 11 H.

Pengiriman pasukan ini sebagai tindak lanjut pengiriman pasukan sebelumnya yang dipimpin sang ayah, Zaid bin Haritsah. Beliau memerintahkan agar pasukan ‘Usamah ini diberangkatkan. Perintah ini terjadi saat Rasulullah  ﷺ berada pada masa-masa wafatnya. Saat pasukan ini sampai daerah Jurf, terdengar kabar bahwa Nabi  ﷺ meninggal dunia. Sehingga, untuk sementara misi penyerangan ditunda, sampai kemudian terpilihlah Abu Bakr ash[1]Shiddiq رضي الله عنه sebagai Khalifah. Dan sang Khalifah inilah yang kemudian melanjutkan misi tersebut, dengan tetap mengangkat ‘Usamah bin Zaid sebagai pemimpin Pasukan.

PENAKLUKAN SYAM SETELAH NABI WAFAT3

Memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid ke Syam.

Abu Bakr ash-Shiddiq رضي الله عنه selaku khalifah, beliau tetap bertekad merealisasikan pengiriman pasukan ‘Usamah yang sudah dipersiapkan Rasulullah menuju Syam. Dengan berjalan kaki, beliau mengantarkan pasukan ini dan memberikan beberapa pesan kepada sang komandan.

Pasukan ‘Usamah ini bergerak menuju daerah Balqa, yang mencakup Mu’tah. Di sana, pasukan ini memerangi sejumlah orang dari suku Qadha’ah yang murtad, dan berhasil memukul mereka. Setelah tujuh puluh hari sejak pemberangkatannya, pasukan ini kembali ke Madinah.

Pengaruh dari keberhasilan pasukan ini, menyebabkan para musuh merasa gentar dan ketakutan. Mereka tetap meyakini, bahwa kaum Muslimin masih berada dalam kekuatan penuhnya, meskipun Rasulullah telah wafat. Sehingga kaum kuffar mengurungkan niat untuk melakukan penyerangan.

Pasukan Abu Ubaidah bin al Jarrah رضي الله عنه

Selain menyelesaikan misi pasukan Usamah bin Zaid, selanjutnya Khalifah Abu Bakr juga mengirimkan beberapa pasukan untuk menyerang Syam. Panglima-panglima pasukan yang beliau tunjuk adalah Abu ‘Ubaidah, Yazid bin Abi Sufyan, Amr bin al ‘Ash dan Syarahbil bin Hasanah. Jumlah pasukan mereka kurang lebih 40 ribu jiwa.

Dalam perjalanan, sebagian pasukan menghadapi serangan dari musuh. Yazid bin Abi Sufyan menghadapi tentara Romawi, dan meraih kemenangan atas musuhnya. Sementara ‘Amr bin al ‘Ash dan Syarahbil bin Hasanah menghadapi pasukan Romawi yang lain di Ajnadin Palestina. Mereka berhasil memaksa musuh untuk mundur sampai ke al Quds.

Selanjutnya, kaum Muslimin harus menghadapi Romawi yang telah menghimpun pasukan secara besar-besaran, jauh lebih besar dari jumlah pasukan

Muslimin di bawah pimpinan saudara Hiraklius, yaitu Theoderik. Jumlah mereka 200 ribu pasukan. Oleh karenanya, ‘Amr bin al ‘Ash mengusulkan agar seluruh pasukan kaum Muslimin disatukan di Yarmuk.

Perang Yarmuk tahun 13 H.

Begitu Khalifah Abu Bakr mengetahui bahaya yang mengancam dengan besarnya jumlah pasukan musuh, beliau رضي الله عنه memutuskan agar Khalid bin al Walid dengan setengah pasukannya yang di Irak, untuk membantu pasukan kaum Muslimin yang berada di Syam. Dengan kegesitan dan kecekatannya, pasukan Khalid bin al Walid berhasil melintasi padang pasir ganas dalam waktu yang singkat, kemudian bergabung dengan pasukan Muslimin di Yarmuk. Saat itu, kepemimpinan pun terpusat pada satu orang, yaitu Khalid bin al Walid.

Peperangan yang sangat hebat ini, juga diikuti oleh tidak kurang seratus sahabat Nabi yang ikut dalam perang Badar. Kaum Muslimin benar-benar menunjukkan keberaniannya untuk berkorban di jalan Allah. Seorang sahabat yang bernama Ikrimah bin Abi Jahal gugur di sana.

Ribuan orang dari kalangan Nashara tewas. Sementara Hiraklius melarikan diri di akhir peperangan, meninggalkan kota Anthakiyah dan Suriah untuk terakhir kalinya. Berita kemenangan kaum muslimin di Yarmuk, dibarengi dengan wafatnya Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq, yang kemudian digantikan oleh ‘Umar bin al Khaththab رضي الله عنه .

PENAKLUKAN SYAM PADA MASA ‘UMAR BIN AL KHATHTHAB رضي الله عنه

Penaklukan Damaskus tahun 14 H

Abu ‘Ubaidah bermusyawarah dengan Khalifah ‘Umar, mengenai tujuan penaklukan selanjutnya, Damaskus ataukah wilayah Yordania. Sang Khalifah mengisyaratkan untuk mengarahkan pasukan ke Damaskus terlebih dahulu. Maka, kaum Muslimin mengepung kota tersebut selama enam bulan. Khalid menyerang melalui sisi timur. Sementara Abu ‘Ubaidah berhasil memasukinya dengan jalan damai dari sisi Jabiyah. Dan akhirnya kaum Muslimin berhasil menaklukannya.

Selanjutnya, kaum Muslimin dengan dipimpin Syarahbil bin Hasanah menuju kota Fahl, dan berhasil memukul mundur pasukan Romawi.

Penaklukan kota Himsh, Humat, Ladziqiyah, dan Halab

Abu ‘Ubaidah dan pasukan bergerak menuju Himsh dan mengepungnya. Jalan perdamaian menjadi akhir peperangan ini. Begitu pula, kota Humat dan Halb, masuk dalam pangkuan Islam melalui cara damai. Sementara Ladziqiyah, terpaksa ditaklukkan dengan jalan kekerasan. Setelah penduduknya memilih cara itu.

Penaklukan kota Anthakiyah

Anthakiyah, adalah ibukota Imperium Romawi di wilayah Timur. Heraklius telah meninggalkannya. Maka, Abu ‘Ubaidah mengepungnya dan takluk melalui jalan damai.

Sementara itu, ‘Amr bin al ‘Ash mulai merangsek menuju bumi Palestina. Setelah kekalahan di Ajnadin, komandan Romawi mundur dan berlindung di benteng-benteng Baitul Maqdis. Kaum Muslimin membidik kota-kota yang berada di pantai Rafah. Begitu pula dengan Gaza, Nablus, Amwas, Yafa berhasil ditaklukkan oleh kaum Muslimin.

Baitul Maqdis berada dalam kekuasaan kaum Muslimin

Setelah itu, ‘Amr bin al ‘Ash menuju wilayah Baitul Maqdis dan mengepungnya dalam jangka waktu yang lama. Tatkala penduduk Baitul Maqdis mengetahui betapa kuatnya pengepungan yang dilakukan kaum Muslimin, dan sebaliknya betapa lemahnya mereka untuk menghalau kaum Muslimin, lantaran wilayah-wilayah di pantai telah ditaklukkan, maka mereka mengajukan perdamaian. Dengan syarat, agar Khalifah ‘Umar sendiri yang menanganinya. Maka, beliau datang dan menulis ketetapan perdamaian bagi al Quds dan menerima kunci-kuncinya.

Demikianlah, penaklukan Syam telah berhasil tuntas di masa Khilafah ‘Umar bin al Khaththab. (Mas)

 

Footnote:

1) Sekarang Mu‘tah masuk wilayah Yordania.

2) HR al Bukhari, no. 4260-4261.

3) ‘Ashrul Khilafatir-Rasyidah, halaman 370-375.

 

Maraji‘ :

– ‘Ashrul Khilafatir-Rasyidah, Dr. Akram Dhiya al ‘Umari, Maktabah al Obaikan, Cet. III, Th. 1422H.

– Al Khulafaur-Rasyidin wad-Daulatul Umawiyyah, Wizarah Ta’lim ‘Ali, Cet. V, Th. 1413H.

– Al Jihad an Nabawi fi Filisthin, Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr, Majalah al Ashalah, Edisi 30, Th. V 15 Syawal 1431H.

– Mukhtashar Siratir-Rasul, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, tahqiq Hana Muhammad Jazamati Darul Kitabil ‘Arabi, Beirut, Libanon, Cet. VI, Th. 1421H.

 

Majalah As-Sunnah Edisi Khusus (7-8)/Tahun X/1427H/2006M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/misi-kaum-muslimin-menaklukkan-tanah-palestina/